Selasa, 20 September 2016

Naskah Pidato Bertema Lingkungan


                                                                        Mengapa Lingkungan Sekitar Kita Semakin Rusak ? selamat pagi kepada bapak/ibu guru yang saya hormati, dan teman-teman yang saya cintaisebelumnya, mari kita panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karenanya berkat anugrahnya kita bisa berkumpul di pagi hari yang cerah ini.Hari ini saya akan menyampaikan pidato yang bertema lingkungan, dengan judul “Mengapa Lingkungan Sekitar Kita Semakin Rusak ?”Sebenarnya apa itu lingkungan?Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alamSekarang saya akan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan lingkungan rusak. Ada banyak faktor yang menyebabkan lingkungan rusak, dan faktor-faktor tersebut dapat kita kelompokkan menjadi dua, yaitu: faktor alam dan buatan.A.      Faktor alamFaktor ini menyebabkan lingkungan rusak akibat adanya aktivitas alamiah, seperti bencana alam.Contoh bencana alam, misalnya: gempa bumi, gunung meletus, angin topan, longsor, dan kemarau yang berkepanjangan.·         Gempa bumi mengakibatkan banyak hal yang rusak, seperti tanah longsor, tanah yang retak, pohon tumbang, dan banyak lagi.·         Gunung meletus mengakibatkan hutan-hutan terbakar, dan adanya lahar dingin, tetapi ada dampak yang bersifat baik terhadap lingkungan, abu vulkanisnya sangat baik untuk kesuburan tanah ( dalam jangka panjang)·         Angin topan yang mengakibatkan pohon-pohon berterbangan.·         Kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang mati, karena tidak mampu bertahan hidup. B.      Faktor manusiaFaktor ini menyebabkan lingkungan rusak dikarenakan aktivitas manusia yang tidak peduli pada lingkungan.Contoh: membuang sampah sembarangan, menebang pepohonan, membakar hutan, dan global warming.·         Membuang sampah sembarangan adalah hal yang sangat buruk, terutama jika yang dibuang sampah anorganik. Hal ini akan menyebabkan tahah rusak dan banjir.·         Menebang dan membakar hutan hal ini akan menyebabkan pepohnan banyak yang mati, hewan-hewan kehilangan tempat tinggal, dan juga polusi udara.·         Global warming (pemanasan global) hal ini juga disebakan oleh manusia yang merusak lingkungan.Kerusakan lingkungan juga berpengaruh pada keanekaragaman makhluk hidup di bumi ini. Hubungannya jika lingkungan di sekitar mereka rusak, tentu mereka tidak akan bertahan hidup dan lama-kelamaan akan punah.Kalau kita lihat dari segi perbandingan, faktor alam dibandingkan faktor buatan, menurut saya masih lebih besar faktor buatan. Coba anda lihat disekeliling anda, banyak manusia yang merusak lingkungan. Apakah gempa bumi, angin topan, kemarau yang panjang, terjadi setiap detik ? Tentu tidak.Maka dari itu sejak sekarang, kita manusia yang masih mencintai lingkungan,mulalilah untuk tidak merusak lingkungan. Rawatlah lingkunganmu untuk masa depan yang lebih cerah, untuk anak cucu kita nantinya, untuk generasi mendatang. Apakah kita mau, generasi mendatang ketika mereka membuka mata untuk pertama kalinya yang mereka lihat adalah kesengsaraan dari lingkungan ? Tentu saja kita tidak mau.Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk tetap menjaga lingkungan, seperti:·         Menerapkan ikrar hidup bersih.·         Reboisasi·         Mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan.Kesimpulan yang saya ambil adalah kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan buatan. Kerusakan lingkungan juga berpengaruh pada keanekaragaman makhluk hidup di bumi ini, termasuk manusia sendiri. Hadirin yang saya hormati, sekian pidato dari saya. Apabila ada salah kata mohon dimaafkan.

Rabu, 04 Februari 2015

Sungai Berkawat Emas

Diceritakanlah pada masa dahulu, hidup seorang nelayan sungai bersama istri dan anak-anaknya yang tinggal di daerah tepian sungai. Keluarga nelayan ini hidup miskin dan serba kekurangan. Mata pencahariannya sehari-hari hanya dari hasil menangkap ikan di sungai yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Jika nasibnya mujur mereka banyak mendapatkan ikan, tapi jika bernasib sial  tak mendapatkan ikan sama sekali.

Suatu ketika saat  ia sedang memancing ikan dengan mendayung perahunya  ke tengah sungai, ia merasa salah satu pancing yang dibawanya telah mengenai sasaran, dimakan oleh ikan. Ia sangat gembira sekali karena sudah sekian lama menunggu, hampir seharian penuh ikan-ikan belum ada yang memakan pancingnya.

“Syukurlah, ikan akhirnya menyantap umpan pancingku, padahal aku hampir putus asa karena sudah seharian menanti belum ada ikan yang menyatap pancingku.”  

Demikian gerutu sang nelayan dalam hati sambil menarik pancingnya perlahan-lahan. Akan tetapi ia merasa heran karena pancingnya terasa sangat berat tidak seperti biasanya jika ikan-ikan memakan pancingnya. Ia terus menarik lebih keras lagi.  Beruntunglah tali pancingnya cukup kuat sehingga tidak mengalami hal yang tak diinginkan, putus saat menariknya keras-keras.

“Akh, berat sekali, ikan apa ini? Mudah-mudahan saja ikan besar yang memakan umpan pancingku!”

Demikian tanya sang nelayan dalam hati, mengharap ikan yang didapat adalah ikan yang cukup besar  sehingga ia bisa menjualnya di pasar lelang! Ia terus menarik tali pancingnya lebih keras lagi, akan tetapi apa yang dilihatnya? Ternyata bukan ikan yang didapat melainkan tali kawat berkilauan berwarna kuning emas. Ya, kali ini sang nelayan sedang bernasib mujur dan sangat beruntung sekali karena yang didapat adalah memang emas yang berupa tali kawat yang panjang. Ia terus menarik tali kawat emas itu dengan girang. Karena pikirnya ia akan menjadi orang kaya dengan emas yang didapat dari sungai itu. Timbul nafsu tamaknya, sebagaimana sifat manusia pada umumnya yang tak pernah puas dengan apa yang telah didapatnya.

Dengan tak mengenal lelah, karena hati dan pikirannya telah dikuasai oleh nafsu serakah yang luar biasa, ia terus menarik tali kawat emas itu dengan sekuat-kuatnya kedalam perahunya hingga tak disadari perahunya sudah penuh dengan gulungan emas yang berlimpah.  Perahunya sudah tak mampu lagi menerima beban yang demikian berat . air sungai pun sudah mulai masuk ke dalam perahu yang ditumpanginya itu. Pada saat yang bersamaan tiba-tiba terdengar suara dari  dasar sungai memperingatkan sang nnelayan agar menghentikan perbuatannya,
                           
“Sudah, sudaaah, potong saja kawatnya, perahumu tak kuat lagi menampung beban!”

Demikian suara peringatan yang terdengar entah dari siapa dan dari arah mana datangnya suara itu? Akan tetapi karena hati sang nelayan sudah dikuasai oleh ketamakannya, nafsu serakahnya, ia pura-pura tak mendengar suara itu. Pada saat itu sekali lagi terdengar suara peringatan yang ditujukan kepadanya,

“Sudah, sudah , sudaaah, berhenti, hentikan itu, cepatlah menepi, tinggalkan perahumu, cepaaat!

Sang nelayan terus saja menarik kawat emas itu, ia benar-benar sudah dirasuki nafsu serakah yang teramat besar sampai tak mendengar lagi peringatan yang bisa menolong dirinya jika dindahkan, akan tetapi itu semua sudah terlambat dan tak ada gunanya lagi merapat. Akhirnya perahunya tenggelam ke dasar sungai bersama-sama dengan dirinya. Terdengar jeritan keras minta tolong dari  mulut sang nelayan yang menemui ajal mati tenggelam ke dasar sungai bersama-sama ketamakannya.  Sungai tempat terjadinya peristiwa tenggelamnya sang nelayan yang tamak itu sampai sekarang dikenal dengan nama “Sungai Kawat.”

Amanat : Oleh karena itu berupayalah untuk melenyapkan  nafsu tamak dan serakah yang mungkin saja timbul dalam dirimu. Jangan bersikap sombong terhadap teman-temanmu baik di rumah dan di sekolah. Hormati dan patuhlah kepada kedua orang tuamu yang sudah membesarkanmu dengan penuh kasih sayang.