Mengapa Lingkungan Sekitar Kita Semakin Rusak ?
Sungai Berkawat Emas
Selasa, 20 September 2016
Naskah Pidato Bertema Lingkungan
Mengapa Lingkungan Sekitar Kita Semakin Rusak ?
Rabu, 04 Februari 2015
Sungai Berkawat Emas
Diceritakanlah pada masa dahulu, hidup seorang nelayan
sungai bersama istri dan anak-anaknya yang tinggal di daerah tepian sungai.
Keluarga nelayan ini hidup miskin dan serba kekurangan. Mata pencahariannya
sehari-hari hanya dari hasil menangkap ikan di sungai yang dekat dengan tempat
tinggal mereka. Jika nasibnya mujur mereka banyak mendapatkan ikan, tapi jika
bernasib sial tak mendapatkan ikan sama sekali.
Suatu ketika saat ia sedang memancing ikan
dengan mendayung perahunya ke tengah sungai, ia merasa salah satu
pancing yang dibawanya telah mengenai sasaran, dimakan oleh ikan. Ia sangat
gembira sekali karena sudah sekian lama menunggu, hampir seharian penuh
ikan-ikan belum ada yang memakan pancingnya.
“Syukurlah, ikan akhirnya menyantap umpan pancingku,
padahal aku hampir putus asa karena sudah seharian menanti belum ada ikan yang
menyatap pancingku.”
Demikian gerutu sang nelayan dalam hati sambil menarik
pancingnya perlahan-lahan. Akan tetapi ia merasa heran karena pancingnya terasa
sangat berat tidak seperti biasanya jika ikan-ikan memakan pancingnya. Ia terus
menarik lebih keras lagi. Beruntunglah tali pancingnya cukup kuat
sehingga tidak mengalami hal yang tak diinginkan, putus saat menariknya
keras-keras.
“Akh, berat sekali, ikan apa ini? Mudah-mudahan saja
ikan besar yang
memakan umpan pancingku!”
Demikian tanya sang nelayan dalam hati, mengharap ikan
yang didapat adalah ikan yang cukup besar sehingga ia bisa
menjualnya di pasar lelang! Ia terus menarik tali pancingnya lebih keras lagi,
akan tetapi apa yang dilihatnya? Ternyata bukan ikan yang didapat melainkan
tali kawat berkilauan berwarna kuning emas. Ya, kali ini sang nelayan sedang
bernasib mujur dan sangat beruntung sekali karena yang didapat adalah memang emas
yang berupa tali kawat yang panjang. Ia terus menarik tali kawat emas itu
dengan girang. Karena pikirnya ia akan menjadi orang kaya dengan emas yang
didapat dari sungai itu. Timbul nafsu tamaknya, sebagaimana sifat manusia
pada umumnya yang tak pernah puas dengan apa yang telah didapatnya.
Dengan tak mengenal lelah, karena hati dan pikirannya
telah dikuasai oleh nafsu serakah yang luar biasa, ia terus menarik tali kawat
emas itu dengan sekuat-kuatnya kedalam perahunya hingga tak disadari perahunya
sudah penuh dengan gulungan emas yang berlimpah. Perahunya sudah tak
mampu lagi menerima beban yang demikian berat . air sungai pun sudah mulai
masuk ke dalam perahu yang ditumpanginya itu. Pada saat yang bersamaan
tiba-tiba terdengar suara dari dasar sungai memperingatkan sang
nnelayan agar menghentikan perbuatannya,
“Sudah, sudaaah, potong saja kawatnya, perahumu tak
kuat lagi menampung beban!”
Demikian suara peringatan yang terdengar entah dari
siapa dan dari arah mana datangnya suara itu? Akan tetapi karena hati sang
nelayan sudah dikuasai oleh ketamakannya, nafsu serakahnya, ia pura-pura tak
mendengar suara itu. Pada saat itu sekali lagi terdengar suara peringatan yang
ditujukan kepadanya,
“Sudah, sudah , sudaaah, berhenti, hentikan itu,
cepatlah menepi, tinggalkan perahumu, cepaaat!
Sang nelayan terus saja menarik kawat emas itu, ia
benar-benar sudah dirasuki nafsu serakah yang teramat besar sampai tak
mendengar lagi peringatan yang bisa menolong dirinya jika dindahkan, akan
tetapi itu semua sudah terlambat dan tak ada gunanya lagi merapat. Akhirnya
perahunya tenggelam ke dasar sungai bersama-sama dengan dirinya. Terdengar
jeritan keras minta tolong dari mulut sang nelayan yang menemui ajal
mati tenggelam ke dasar sungai bersama-sama ketamakannya. Sungai
tempat terjadinya peristiwa tenggelamnya sang nelayan yang tamak itu sampai
sekarang dikenal dengan nama “Sungai Kawat.”
Amanat : Oleh karena itu berupayalah
untuk melenyapkan nafsu
tamak dan serakah yang mungkin saja timbul dalam dirimu. Jangan bersikap
sombong terhadap teman-temanmu baik di rumah dan di sekolah. Hormati dan
patuhlah kepada kedua orang tuamu yang sudah membesarkanmu dengan penuh kasih
sayang.
Langganan:
Postingan (Atom)